Sean adalah pemuda pemalu yang berpenampilan biasa. Suatu Saat dia menghadiri sebuah pesta, dia melihat seorang gadis berparas cantik, senyumannya sangat menawan, ditambah dengan suara lembutnya. ke sudut manapun dia pergi, selalu terlihat ada pemuda yang mendekatinya. Sean memberanikan diri untuk mendatangi gadis manis itu dan memperkenalkan diri, kemudian mengajak gadis itu untuk ngobrol.
Mungkin untuk menjaga kesopanan, gadis itu menyambutnya dan merekapun menuju sudut ruangan yang agak sepi. Mereka berdua memesan kopi. Sean sepertinya sangat gugup dan tidak tahu harus mengatakan apa. Karena kebisuannya itu, gadis itu lalu menunjukkan tanda tanda mau pergi, Sean lalu memesan pada pelayan garam untuk diberikan pada kopinya, ini membuat kaget orang yang duduk di sekitar sana, karena belum pernah mendengar ada yang minum kopi dengan ditambahi garam.
Wajah
Sean berubah merah, tetapi gadis itu malah tertarik akan hal itu, rasa
ingin tahunya bertanya pada Sean.* Sean menjelaskan bahwa dia selalu
teringat akan orang tuanya yang masih tinggal di pesisir, dia teringat
masa kecilnya yang suka bermain di laut, dia kangen akan kampung
halamannya, sehingga dia selalu meminum kopi asin untuk melepas rasa
rindunya pada laut, kampung halaman dan orang tuanya. Ceritanya ini,
membuat gadis itu berpikir dalam :* ini adalah pria yang bertanggung
jawab penuh, selalu teringat akan rumah tangga, orang tuanya dan tidak
pernah bisa melupakan keluarganya.....dan seperti inilah pria yang dia
inginkan.
Secara
bertahap hubungan mereka bertambah baik dan akrab...........seperti
cerita cinta pada umumnya, akhirnya mereka mengikat diri dalam suatu
pernikahan. Keluarga mereka berjalan dengan baik dan bahagia. Dan hampir
setiap hari Sean disuguhkan dengan kopi asin..........karena istrinya
tahu, bahwa dia begitu menyukai kopi dengan garam itu.
Setalah 40 tahun berlalu, Sean meninggal dunia. Istrinya menemukan sebuah surat* yang isinya :
“Sayang,
maafkan saya, maafkan saya telah membohongimu. Ini adalah kebohongan
satu satunya yang pernah saya lakukan padamu. Ingat saat pertama kita
bertemu, yang saya katakan tentang kopi asin itu? Saya begitu gugup saat
itu, sehingga seharusnya meminta gula, malah saya meminta garam.
Terpaksa saya mengarang suatu cerita untuk menutupi rasa malu saya. Saya
tidak tahu itu malah menjadi awal dari hubungan kita. Saya berkali kali
ingin mengatakan padamu hal ini, tapi saya tidak berani. Kini saya tahu
ajal saya telah dekat, saya tidak takut untuk mengatakan sejujurnya :
saya tidak suka kopi asin, rasanya aneh sekali.....tetapi saya mulai
membiasakan untuk kopi asin setelah saya mengenalmu.rasa anehnya kopi
asin sudah menjadi tidak aneh lagi,dan lama lama saya bisa menikmati
kopi asin. Saya merasa hidup saya sangat bahagia bersamamu.”
Tanpa
dapat dibendung air matanya jatuh membasahi surat suaminya. Jika suatu
ketika, seseorang menanyakan kepadanya bagaimana rasanya kopi
asin.....dia akan mengatakan rasanya manis.....manis sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar