Dalam banyak textbook dituliskan bahwa zat kimia bisa dikelompokkan dalam ‘Kimia Organik’ dan ‘Kimia Anorganik’.
Sebagian besar kegiatan tubuh makhluk hidup adalah terdiri dari
bermacam-macam jenis reaksi kimia organik. Sedangkan bahan-bahan kimia
anorganiklah sebenarnya yang banyak diproduksi secara masal pada
industri-industri Kimia. Karena sebagian besar bahan kimia anorganik
memang sukar diluruhkan dan menyatu dengan bahan-bahan kimia organik,
maka keberadaan bahan kimia hasil sintesa industri inilah yang jika
dalam jumlah di atas ambang batasnya berada dalam tubuh manusia dia akan
bersifat merusak. Karena bahan-bahan kimia anorganik ini akan bereaksi
dengan sejumlah bahan anorganik yang sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh
kita. Atau jika bahan kimia anorganik yang tidak dibutuhkan oleh tubuh
ini berada dalam jumlah besar, dia akan menjadi media yang subur untuk
tumbuhnya sel-sel tumor dalam tubuh. Zat kimia anorganik inilah yang
sering disebut oleh masyarakat awam sebagai ‘Zat Kimia ‘.
Suatu difinisi
spesifik yang menggantikan difinisi general sebuah difinisi ‘zat kimia’
secara umum. Sangat disayangkan !
Tulisan yang akan saya sampaikan disini sebenarnya bukan untuk membahas mengenai ‘kesalah-kaprahan’ opini yang sudah terlanjur tertanam di masyarakat yang awam mengenai Kimia. Seperti kata pepatah ‘Tak Kenal maka Tak Sayang’,
saya akan mencoba mengungkap lebih lanjut pemahaman mengenai ‘Reaksi
Kimia’. Reaksi kimia bukan saja sangat dominan secara fungsi dalam
segala aktifitas makhluk hidup , tetapi banyak hal-hal yang bersifat
filosofi yang juga bisa kita pelajari dan ambil hikmahnya.
Larutan
Salah satu pengertian yang perlu dipahami sebelum membahas sebuah reaksi kimia adalah pemahaman tentang ‘Larutan’.
Sebagian besar media dimana suatu reaksi kimia terjadi adalah berupa
larutan. Larutan adalah suatu cairan multi komponen atau campuran zat
yang terdiri dari zat terdispersi (zat terlarut) yang tersebar di dalam
suatu zat pendispersi (pelarut). Biasanya zat terlarut jumlahnya jauh
lebih kecil dibandungkan pelarutnya. Contoh-contoh larutan yang sudah
banyak kita kenal misalnya, darah, minuman teh, kopi, larutan pembersih
kaca, air aki, obat merah, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Jika
kita menambahkan suatu zat terlarut sedikit demi sedikit kedalam sebuah
zat pelarut, sehingga pada suatu saat akan terjadi bahwa zat terlarut
sudah tidak bisa lagi tercampur sempurna dan terbentuklah endapan. Maka
pada kondisi ini larutan disebut ‘Larutan Jenuh’. Kejenuhan ini terjadi
karena ruang yang menyebabkan keboleh-jadian partikel zat terlarut
berada di antara partikel – partikel zat pelarut sudah tidak ada. Akan
tetapi jika larutan jenuh ini kemudian kita panaskan, maka ruang-ruang
antara partikel zat terlarut akan semakin besar, ruang yang kosong
akibat pembesaran ruang antar partikel ini kemudian dapat diisi lagi
oleh partikel-partikel zat terlarut yang tadinya mengendap. Inilah yang
menyebabkan mengapa gula pasir bisa larut lebih cepat jika kita
campurkan ke dalam air yang panas atau sedang mendidih.
Reaksi Kimia
Dalam
suatu larutan, partikel-partikel zat terlarut tersebar merata diantara
partikel-partikel zat terlarut. Masing-masing partikel akan saling
berinterkasi satu sama lain, sehingga akan terjadi 2 macam jenis
interaksi, antara lain ‘Interaksi Sesama’ , interaksi antara sesama jenis partikel (zat terlarut v.s zat terlarut dan pelarut v.s pelarut) dan ‘Interaksi Beda Partikel’ ,
yaitu interaksi antara partikel yang berbeda (pelarut v.s zat
terlarut). Interaksi beda partikel inilah yang mempunyai kemungkinan
untuk terjadinya sebuah reaksi kimia.
Kondisi
dimana gaya interaksi beda partikel jauh lebih besar dari pada sesama
partikel inilah yang dikatakan bahwa zat terlarut adalah zat yang ‘mudah
larut’. Tetapi jika sebaliknya, maka zat terlarut dikatakan zat yang
’tak mudah larut’.
Pada kondisi jenuh, dimana
interaksi antara ‘partikel berbeda’ mencapai frekwensi yang maksimal,
maka tumbukan antara kedua jenis partikel semakin sering terjadi. Jika
energi yang dihasilkan dari tumbukan-tumbukan itu mencapai tingkat yang
lebih besar dari pada energi ikatan yang merangkai atom-atom partikel,
maka terjadilah ‘reaksi kimia’.
Pada
reaksi kimia, pencampuran tidak hanya terjadi pada level partikel,
tetapi sudah melibatkan bagian zat yang berukuran lebih kecil lagi,
yaitu pencampuran atom-atom. Atom adalah materi-materi penyusun partikel
(molekul) zat. Kombinasi dari susunan atom-atom inilah yang membawa
sifat dan karakteristik zat. Seperti halnya huruf-huruf k,a,m,u yang
membentuk kata ‘kamu’ akan mempunyai arti yang berbeda jika huruf-huruf
itu disusun membentuk kata ‘muka’ atau ‘kaum’. Pada saat atom-atom zat
terlarut dan pelarut saling tercampur, maka terbentuklah suatu kombinasi
baru, yang secara otomatis juga akan membentuk materi yang mempunyai
sifat yang berbeda dari sifat zat-zat terlarut maupun pelarut. Proses
inilah yang disebut ‘sintesa kimia’ yang menghasilkan zat baru.
Secara teoritis, dengan mempelajari sifat dari masing-masing zat (ilmu kimia),
maka kita bisa membentuk suatu zat baru yang mempunyai semua
sifat-sifat yang dibutuhkan manusia dengan mereaksikan suatu zat kimia
dengan zat kimia lainnya. Logam pelapis bagian luar pesawat ruang
angkasa misalnya, adalah salah satu contoh hasil dari ‘rekayasa kimia’.
Bahan tersebut mengkombinasikan sifat kuat logam, dengan material lain
yang mempunyai sifat lebih ringan dan tahan panas.
Apakah
Zat kimia sejauh ini masih menakutkan bagi anda ? Jika anda masih belum
yakin cobalah anda memperhatikan sekeliling kita, bukankah sangat
banyak zat kimia yang selama ini justru sangat bersahabat dengan kita ?
Filosofi Reaksi Kimia
Seperti halnya suatu zat yang dicampurkan ke dalam suatu pelarut, maka
partikel-partikel zat akan berusaha mempengaruhi partikel-partikel zat
pelarut agar mengurangi gaya interaksi antar sesamanya, dan memberikan
ruang yang cukup agar zat terlarut bisa berada di antara mereka. Begitu
pula ketika kita masuk dalam suatu lingkungan masyarakat tertentu, maka
kita harus mampu memberi kesan bahwa kehadiran kita di antara mereka
bukanlah suatu ancaman, tetapi buatlah mereka memperoleh kesan bahwa
kehadiran kita akan bermanfaat bagi mereka. Karakteristik suatu
masyarakat satu dengan lainnya mungkin akan berbeda pada saat mereka
kedatangan warga baru. Ada yang mau menerima setiap pendatang dengan
tangan terbuka, tetapi banyak pula yang mengunci rapat-rapat pintu rumah
mereka pada setiap kedatangan orang asing di lingkungan mereka. Artinya
bahwa, sebagai pendatang seharusnya kita bersifat seperti ‘zat yang
mudah larut’. Kita harus melepaskan ikatan-ikatan ke-akuan kita, dan mau
menerima lingkungan yang baru sebagai media positif untuk bisa
melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.
Kasus
seperti halnya tragedi pembantaian warga asal madura oleh warga asli
dayak di Kalimantan misalnya, adalah suatau contoh dimana ‘larutan’
masyarakat sudah mengalami titik ‘jenuh’, artinya sudah tidak ada lagi
ruang yang cukup disediakan bagi pendatang-pendatang warga madura di
sana untuk dapat berbaur secara baik di tengah-tengah masyarakat lokal
di sana. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi, jika sebelumnya larutan
itu diberikan energi yang cukup untuk menciptakan kondisi yang
kondusif, dimana kesempatan berusaha antara masyarakat lokal dan
pendatang adalah sama. Tidak ada kesenjangan di antara mereka. Sehingga
larutan yang semula akan mencapai titik jenuh bisa kembali berubah.
Jika kita sudah bisa diterima di tengah-tengah masyarakat, maka tingkatkanlah frekwensi
interaksi kita dengan masyarakat sekeliling kita. Perbanyak silaturahmi
dengan mereka, dan carilah kawan sebanyak-banyaknya, serta tidak
menciptakan musuh-musuh baru. Tingkatkanlah rasa keperdulian kita dengan
sesama tetangga, sehingga kita dan masyarakat bersama-sama membentuk
suatu senyawa masyarakat baru yang lebih baik.
Dalam lingkungan perusahaan atau lingkungan kerja, seorang manager hendaklah mampu bertindak layaknya seorang ‘Chemist’ (ahli kimia) yang dapat meracik sebuah ‘larutan’ team work
menjadi sebuah seyawa baru yang memiliki seluruh sifat-sifat positif
dari anggotanya, dan mengeliminir semua sifat-sifat negatif menjadi
sebuah pengalaman bersama.
Jika saja kita bisa
menggunakan nurani dan mau membaca ayat-ayat Tuhan lebih seksama,
sesungguhnya masih banyak lagi filosofi rahasia-rahasia alam ciptaan
Tuhan yang dapat kita pergunakan sebagai pelajaran.
sabutos.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar