Tags: cerita motivasi (1200), cerita islami (261), cerita hikmah (104), cerita nasehat (313), cerita teladan (334), kumpulan cerita motivasi (203), kisah islami(247), kisah teladan (331), kisah hikmah (110), kumpulan kisah teladan (263), artikel motivasi (2011), artikel islam (105), artikel kesehatan (211), kumpulan artikel motivasi (300), berita islami (2012), motivasi islam (2010),artikel kesehatan (500)
Di suatu malam seorang eksekutif sukses, seperti biasanya sibuk memperhatikan berkas-berkas pekerjaan kantor yang dibawanya pulang ke rumah, karena keesokan harinya ada rapat umum yang sangat penting dengan para pemegang saham.
Ketika ia sedang asyik menyeleksi dokumen kantor tersebut, Putrinya
anita datang mendekatinya, berdiri tepat disampingnya, sambil memegang buku cerita
baru. Buku itu bergambar seorang peri kecil yang imut, sangat menarik
perhatian anita, “Pa liat”! anita berusaha menarik perhatian Papanya.
papanya menengok ke arahnya, sambil menurunkan kacamatanya, kalimat yang
keluar hanyalah kalimat basa-basi “Wah,. buku baru ya ta?”,
“Ya
papa” anita berseri-seri karena merasa ada tanggapan dari papanya.
“Bacain nita dong Pa” pinta anita lembut, “Wah papa sedang sibuk sekali,
jangan sekarang deh” sanggah Papanya dengan cepat. Lalu ia segera mengalihkan perhatiannya pada kertas-kertas yang berserakkan didepannya, dengan serius. Anita bengong sejenak, namun ia belum menyerah.
Dengan suara lembut dan sedikit manja ia kembali merayu “pa, mama bilang papa mau baca untuk Nita” Papanya mulai agak kesal, “nita papa sibuk, sekarang Nita suruh mama baca ya” “Pa, mama cibuk terus, papa liat gambarnya lucu-lucu”, “Lain kali Anita, sana! papa lagi banyak kerjaan” Papanya berusaha memusatkan perhatiannya pada lembar-lembar kertas tadi, menit demi menit berlalu, Anita menarik nafas panjang dan tetap disitu, berdiri ditempatnya penuh harap, dan tiba-tiba ia mulai lagi. “Pa,.. gambarnya bagus, papa pasti suka”, “Anita, PAPA BILANG, LAIN KALI!!” kata Papanya membentaknya dengan keras, Kali ini Papanya berhasil, semangat Anita kecil terkulai, hampir menangis, matanya berkaca-kaca dan ia bergeser menjauhi papanya.
“Iya pa,. lain kali ya pa?” Ia masih sempat mendekati papanya dan sambil menyentuh lembut tangan papanya ia menaruh buku cerita
di pangkuan sang Papa.“Pa kalau papa ada waktu, papa baca keras-keras
ya pa, supaya Anita bisa denger”.
Hari demi hari telah berlalu, tanpa
terasa dua pekan telah berlalu namun permintaan Anita kecil tidak pernah
terpenuhi, buku cerita
Peri Imut, belum pernah dibacakan bagi dirinya. Hingga suatu sore
terdengar suara hentakan keras “Buukk!!” beberapa tetangga melaporkan
dengan histeris bahwa Anita kecil terlindas kendaraan
seorang pemuda mabuk yang melajukan kendaraannya dengan kencang didepan
rumahnya. Tubuh Anita mungil terhentak beberapa meter, dalam keadaan
yang begitu panik ambulance
didatangkan secepatnya, selama perjalanan menuju rumah sakit, Anita
kecil sempat berkata dengan begitu lirih“Nita takut Pa, Nita takut Ma,
Nita sayang papa mama” darah segar terus keluar dari mulutnya hingga ia
tidak tertolong lagi ketika sesampainya di rumah sakit terdekat.
Kejadian hari itu begitu mengguncangkan hati nurani sang Papa, Tidak ada
lagi waktu tersisa untuk memenuhi sebuah janji. Kini yang ada hanyalah
penyesalan. Permintaan sang buah hati yang sangat sederhana pun tidak
terpenuhi. Masih segar terbayang dalam ingatan sang Papa tangan mungil
anaknya yang memohon kepadanya untuk membacakan sebuah cerita,kini
sentuhan itu terasa sangat berarti sekali,
“papa
baca keras-keras ya Pa, supaya Anita bisa denger” kata-kata Anita
terngiang-ngiang kembali. Sore itu setelah segalanya telah berlalu, yang
tersisa hanya keheningan dan kesunyian hati, canda dan riang gadis
kecil tidak akan terdengar lagi, Sang papa mulai membuka buku cerita
peri imut yang diambilnya perlahan dari onggokan mainan
Anita di pojok ruangan. Bukunya sudah tidak baru lagi, sampulnya sudah
usang dan koyak. Beberapa coretan tak berbentuk menghiasi lembar-lembar
halamannya seperti sebuah kenangan indah
dari gadis kecilnya. Sang Papa menguatkan hati, dengan mata yang
berkaca-kaca ia membuka halaman pertama dan membacanya dengan suara
keras, tampak sekali ia berusaha membacanya dengan keras, Ia terus
membacanya dengan keras-keras halaman demi halaman, dengan berlinang air
mata. “Nita dengar papa baca ya” selang beberapa kata, hatinya memohon
lagi “Nita papa mohon ampun nak” “papa sayang Nita” Seakan setiap kata
dalam bacaan itu begitu menggores lubuk hatinya, tak kuasa menahan itu sang Papa bersujut dan menangis,memohon satu kesempatan lagi untuk mencintai.
"Seseorang
yang mengasihi selalu mengalikan kesenangan dan membagi kesedihan kita,
ia selalu memberi perhatian kepada kita karena ia peduli kepada kita.
Adakah “perhatian terbaik” itu begitu mahal bagi mereka? Berikan
“perhatian terbaik” walaupun itu hanya sekali, bukankah kesempatan untuk
memberi perhatian kepada orang-orang yang kita cintai itu sangat
berharga ? Maka berikanlah “perhatian terbaik” bagi mereka yang kita
cintai. Lakukan sekarang !! Karena hanya ada satu kesempatan untuk
memperhatikan dengan hati kita".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar